RSS
Facebook
Twitter

Sabtu, 16 April 2016

AKU KEMBALI

Happy Saturday Night sobat blogger  :)

Saatnya kembali menulis sebuah coretan-coretan hidup. Niat aku untuk menulis di blogger udah tumbuh sejak lama. Namun, terlalu banyak hal yang menghalangi niat aku. Mulai dari A - Z menghalangi hobi aku yang satu ini. Menyebalkan bukan ?
Sebelumnya blog ini berisi tutorial, cerpen, tapi sepertinya akan beralih fungsi menjadi sebuah coretan true storynya aku. Guys hihihi
Pertama, akhirnya aku bisa move on. Aku punya wapres hati sekarang. Orangnya konyol, kocak, humoris, tapi cerdas, lumayan deh. Yang jelas dia perhatian banget. Kadang dia suka marah-marah kalo aku ga gunting kuku aku :P. Ada aja kan ?. Apalagi kalo aku lagi sakit dia super khawatir. Ampe rela ninggalin gamenya demi aku haha. Dia bisa ngadepin aku waktu sakit bulanan yaa begitulah. I love him so much.
Kedua, aku udah semester tua nihh guys.. hiks
Ketiga, Aku akan kembali menulis :)

Rabu, 31 Desember 2014

KITA YANG TAK SAMA

Hai teman... yang setia baca blog ini. Membaca secuil cerita yang terkadang Absurd hehehe...

Happy New Year 2015 !!! :)
Semangat, semoga bisa lebih baik lagi...

Pada kali ini, saya mau share short story nih yang terinspirasi dari lagunya Marcel - Peri Cintaku...

Oke,,, langsung aja Have Fun. Biar Greget





*****************************************************************************

“Jujur, Intan suka sama kamu. Kamu baik, perhatian, pintar, lucu bahkan ganteng tapi ...” Intan terdiam sejenak dan menarik napas “sayangnya kita berbeda.”

Intan menatap pantulan wajahnya dicermin lalu menggigit bibirnya pelan. Sekuat tenaga ia berusaha menahan agar air matanya tidak tumpah. Memorinya kembali berputar, kembali kemasa dua tahun yang lalu. Ya, semua berawal dari sana, dari pernyataan cinta Brian dua tahun yang lalu.


***

“Kalau kita pacaran gimana ya Tan?”

Seketika Intan menatap Brian heran. Bagaimana tidak, rasanya tadi mereka berdua tengah membicarakan presentasi project untuk besok, kenapa tiba-tiba Brian bertanya seperti itu?

“Ga nyambung deh Io, kita lagi ngomongin presentasi project besok nih….” Kata Intan sambil kembali menekuni pekerjaannya.

“Iya tahu…. Tapi jawab dulu dong Tan.”

“Apanya yang harus dijawab? Io pasti cuma mau godain doang kan?” Kata Intan dengan nada jutek. Dirinya memang sudah berkali-kali diisengi Brian seperti itu.

“Kalau serius gimana?”

Intan kembali menatap Brian. Kali ini Brian tengah menatapnya dengan pandangan serius. Brian benar-benar tidak bercanda.

“Io beneran serius?”

“Memangnya aku bisa bercanda untuk urusan seperti ini?”

“Bisa….” Jawab Intan cuek.

“Kali ini aku beneran serius Intan…. Jadi jawab dong….”

Intan tampak berpikir sebentar lalu berkata, “Ya ga gimana-gimana.”

“Hah?!”

“Loh, tadi kan Io nanya, ‘Kalau kita pacaran gimana ya Tan?’ ya ga gimana-gimana. Toh Io tadi ga nembak kan?”

Brian tampak menghela napas pelan. “Kalau gitu aku ganti deh pertanyaannya. Intan mau ga jadi pacarku?”

Intan baru saja akan tertawa mendengar perkataan Brian barusan, tapi seketika diurungkannya saat melihat keseriusan yang terpancar dari wajah pemuda itu. Tak ada senyum jahil yang tampak seperti saat setiap kali Brian menggodanya. Intan berusaha menyamankan duduknya dan ikut menatap Brian.

Intan boleh jujur?”

Intan melanjutkan perkataannya saat melihat Brian mengangguk, “Jujur, Intan suka sama kamu. Kamu baik, perhatian, pintar, lucu bahkan ganteng tapi ...” Intan terdiam sejenak dan menarik napas “sayangnya kita berbeda.”

“Maksudmu, soal kepercayaan?”

“Iya.” Intan menjawab pelan sambil menunduk.

“Aku juga tahu itu Tan, tapi tak bisakah kita mencoba dulu?”

“Io tahu sendiri bagaimana keluarga Intan. Begitu juga keluarga Io. Mereka pasti tak senang jika kita pacaran,” Ujar Intan sambil mengangkat wajahnya. Tampak jelas dimatanya bahwa Brian sedang menatapnya penuh harap. “Lagi pula, apa kata teman-teman nanti?” Tambahnya lagi sambil kembali menunduk.

Seketika keheningan tercipta diantara mereka. Sampai akhirnya.

“Gimana kalau kita backstreet aja?”

“Hah?!” Intan melotot mendengar usulan dari Brian.

Backstreet?

***

Dua tahun berlalu sejak Intan dan Brian resmi berpacaran. Ralat, resmi backstreet. Tidak ada rintangan yang berarti dalam hubungan mereka selama ini.

Hingga suatu hari….

“Assalamualaikum….” Salam Intan sambil memasuki rumahnya.

“Waalaikumsalam…. Kenapa baru pulang Tan?” Balas ibunya.

“Loh, Ibu sama Bapak kenapa ada di ruang tamu? Tadi ada tamu ya?” Intan malah balik bertanya.

“Kamu tuh ya, kalau ditanya tuh jawab, bukannya malah balik nanya.” Tegur bapaknya.

“Tadi kita ada tamu penting Tan. Mereka nungguin kamu loh. Tapi karena kelamaan mereka akhirnya pulang deh. Kalau saja ibu tahu kamu pulang sekarang, ibu minta mereka tunggu sebentar lagi.”

“Tamu penting? Nungguin Intan? Siapa bu?” Tanya Intan penasaran. Ia pun ikut duduk di samping ibunya.

“Itu loh. Calon tunangan kamu.”

“Hah?! Apa bu? Calon tunangan?”

“Aduh, bapak aja deh yang jelasin!” Ibu terlihat serba salah.

“Pak, Bu, ada apa sebenarnya? Calon tunangan apa? Jelasin Intan!” Intan tampak marah dan benar-benar kebingungan. Apa sebenarnya maksud orangtuanya ini?

“Kamu tenang dulu ya Tan,” kata Ibu sambil merangkul pundak Intan. Ditatapnya bapak seolah mengisyaratkan agar dia menceritakan semuanya pada Intan.

“Begini Tan, bapak dan ibu bermaksud menjodohkan kamu dengan anak teman bapak. Makanya bapak bermaksud mengenalkanmu pada mereka tadi. Eh, kamu malah pulang telat.”

“Dia anaknya baik kok Tan, ganteng, dan yang pasti dia soleh,” tambah Ibu.

“Kenapa Bapak sama Ibu ga nanya Intan dulu? Kenapa tiba-tiba gini sih?!” Intan berusaha menahan tangis yang hampir pecah.

“Kami kira kamu pasti setuju. Usiamu kan sudah cukup untuk memiliki pendamping, sebentar lagi kamu juga lulus kuliah. Lagipula kamu belum punya pacar kan?” Tanya bapak.

Pacar? Ingin rasanya Intan berteriak kalau dia sebenarnya sudah punya pacar. Tapi apa yang akan dikatakan kedua orangtuanya nanti jika mengetahui siapa pacarnya.

“Intan? Kamu kenapa nangis sayang? Kamu ga setuju dengan perjodohan ini?” Tanya Ibu panik sambil menghapus air mata yang mengalir di pipi Intan.

Ya, tanpa disadari air mata telah mengalir deras di pipi Intan. Intan menangis, dia menangis dalam diam.

***

“Intan!” Brian berlari menghampiri Intan yang tengah duduk di salah satu bangku taman.

“Intan, kamu kenapa?” Tanya Brian begitu sampai dihadapan Intan. Pemuda itu langsung berlutut dihadapan Intan, menyesuaikan tinggi badannya dengan gadis yang sedari tadi diam menunduk itu.

“Tan?” Perlahan Brian menyentuh kedua pipi Intan dan mengangkat wajah gadis itu. Betapa terkejutnya Brian saat melihat air mata yang mengalir deras dari kedua bola mata bening milik Intan. 
Pantas saja saat di telpon tadi suara Intan terdengar parau, tampaknya sudah lama Intan menangis. Pasti ada sesuatu yang tidak beres sampai Intan memanggilnya ke taman malam-malam begini.

“Ada apa sebenarnya Tan?”

Cerita pun mengalir dari bibir mungil Intan sambil sesekali disertai isakan. Brian mendengarkan semuanya dalam diam. Dengan tatapan yang tak bisa dijelaskan.

“Bapak dan Ibu bilang ada waktu sebulan untuk Intan mengenal calon tunangan Intan. Karena pertunangannya akan dilaksanakan sebulan lagi, tepat dihari ulang tahun Intan.” Intan mengakhiri ceritanya sambil menghapus air mata yang masih saja keluar dari matanya.

***

Sebulan berlalu, tak terasa besok adalah hari ulang tahun Intan, sekaligus hari pertunangannya dengan Iqbal—pemuda yang dijodohkan oleh orangtuanya.

Intan memandang undangan di tangannya. Satu-satunya undangan yang belum Intan serahkan. Undangan itu untuk Brian. Sudah sebulan Intan tak pernah mendapat kabar dari Brian. Ya, sejak pertemuan terakhir mereka di taman sebulan yang lalu, Brian bagaikan menghilang. Telpon dan SMS Intan selalu diabaikan. Begitu pula setiap Intan datang ke rumahnya, Brian tak pernah ada.

Tiba-tiba Intan bangkit dari duduknya dan menyambar cardigan yang tergantung di balik pintu. Ia berlari menuruni tangga rumahnya dan pergi keluar.

“Intan? Kamu mau kemana?!” teriak ibunya saat melihat Intan yang begitu terburu-buru pergi.

“Nganter undangan…. Kemarin ada yang ketinggalan bu!” balas Intan sambil mulai menstater motornya. Sebentar kemudian dia sudah melaju, membelah keramaian malam.

***

Tok tok tok….

“Iya, sebentar!”

Intan mengalihkan pandangan ke garasi di rumah yang ia kunjungi itu. Garasi itu tampak kosong, yang artinya penghuni rumah ini sedang tidak ada di tempat.

“Mbak Intan?”

“Bi Sum,” Intan tersenyum pada wanita setengah baya yang kini berdiri dihadapannya.

“Asik sekali melamunnya. Sampai gak sadar kalau saya sudah bukakan pintu.” Bi Sum balas tersenyum. “tapi mbak, mas Brian-nya belum pulang tuh.” Tambah Bi Sum yang sepertinya menyadari maksud kedatangan Intan.

“Gak apa-apa bi, Intan Cuma mau nitip ini buat Brian,” Intan memberikan undangannya pada Bi Sum. “Bilang ke Brian, Intan tunggu kedatangannya.”

“Undangan apa ini mbak?” Tanya Bi Sum sambil mengamati undangan yang diberikan Intan.
Intan hanya tersenyum menjawab pertanyaan itu. “Intan pamit dulu ya bi!”

“Loh, kenapa buru-buru mbak? Minum dulu yuk!”

“Udah malem bi, ga enak sama ibu dan bapak di rumah. Intan pulang ya bi, selamat malam.”

“Ah, iya hati-hati di jalan ya mbak!”

Intan melangkahkan kaki menuju motornya yang ia parkirkan di depan rumah Brian. Sebelum pergi Intan menyempatkan diri mengamati rumah itu, untuk terakhir kalinya.

Tanpa ia sadari ada orang yang tengah memandangnya dari balik tikungan jalan. Di dalam sebuah mobil mewah seseorang memandangnya rindu.

***

“Intan, ayo turun…. Acaranya mau dimulai!” panggil ibu sambil mengetuk pintu kamar Intan.

Panggilan ibu itu menyadarkan Intan dari segala lamunannya tentang Brian. Intan menghela napas sebentar sebelum akhirnya menjawab, “iya, sebentar bu!”

Intan mengambil smartphone miliknya dan memutar sebuah voice note yang baru diterimanya tadi malam. Voice note dari Brian!

Intan memejamkan matanya, menghayati lagu yang dinyanyikan Brian di voice note itu. Sebuah lagu yang menggambarkan mereka berdua. Marcell, peri cintaku.

***

“Minum Tan….” Iqbal menyodorkan gelas berisi sirup pada Intan. Intan tersenyum dan mengambil gelas itu dari Iqbal. Acara pertunangan mereka telah berlangsung. Saat ini mereka berdua tengah berkeliling memberi salam pada tamu undangan. Jika bukan karena disuruh ibunya, Intan pasti tidak akan mau melakukan ini. Berpura-pura tersenyum ramah pada orang-orang yang sebagian besar tidak dikenalinya.

“Intan!”

Intan menoleh dan mendapati Wulan dan Ana yang tengah melambaikan tangan mereka sembari berjalan kearahnya. Mereka berdua adalah sahabat Intan di kampus, sekaligus teman satu organisasinya. Sama seperti Brian. Brian? Intan menggelengkan kepalanya kuat-kuat saat nama Brian kembali terlintas di benaknya.

“Intan… selamat ya!” Ana memeluk Intan erat.

Disampingnya Wulan berdiri, tersenyum pada Intan dan Iqbal. “Selamat ya kawan! Ngomong-ngomong tadi Brian udah kesini ya Tan?”

“Hah?” Intan terkejut. Brian?

“Tadi kita lihat di luar. Waktu aku ajak masuk dia ga mau. Makanya aku kira tadi dia udah kesini dan mau pulang,” tambah Wulan.

Brian? Brian disini? Dia datang?!

Tanpa pikir panjang Intan langsung berlari keluar. Tak dipedulikannya teriakan Iqbal yang berkali-kali memanggil namanya. Tak dipedulikannya pandangan orang-orang yang menatapnya heran. Bahkan Intan sudah tidak peduli lagi pada air mata yang mulai mengalir membasahi pipinya. Yang ada dalam pikirannya hanya satu. Dia harus bertemu Brian!

***

“Brian!”

Brian tersenyum tipis saat melihat Intan keluar dan berlari ke arahnya. Intan berhenti tepat satu langkah di depan Brian. Intan menggigit bibirnya, berusaha menghentikan air matanya yang terus mengalir.

“Selamat ulang tahun Intan,” kata Brian sambil mengeluarkan kotak kecil berwarna ungu dari saku celananya. “Bukalah,” tambahnya sambil menyerahkan kotak itu pada Intan.

Intan menerimanya dan menatap Brian heran seolah bertanya ‘apa ini?’

“Itu hadiah ulang tahunmu,” kata Brian sambil kembali tersenyum tipis. “Maaf kalau tidak seberapa. Tadinya aku ingin memberimu cincin untuk ulang tahunmu tahun ini. Tapi tampaknya sudah ada yang mendahuluiku.” Tambahnya sambil melirik cincin yang melingkar indah di jari manis Intan. Hal itu membuat Intan refleks memegang cincinnya dan menunduk, tak berani memandang mata Brian.
“Buka dong hadiahnya Tan. Masa dipegang doang.”

Ragu-ragu Intan membuka hadiah dari Brian. Sebuah kalung perak dengan bandul huruf I tersimpan rapi di dalam kotak tersebut. Intan kembali menggigit bibirnya dan menatap Brian. Pandangan mereka bertemu.

“Suka?” Intan mengangguk dan berusaha tersenyum menjawab pertanyaan Brian tersebut.

“Boleh aku pasangkan Tan?” Intan kembali mengangguk. Dia benar-benar sudah tidak sanggup berkata-kata.

Brian mengambil kalung tersebut dari kotaknya dan berdiri di belakang Intan. Dipasangkannya kalung itu dileher jenjang gadis didepannya.

Intan menggenggam bandul huruf I yang kini menggantung di lehernya itu. Pertahanannya jebol. Air matanya kembali mengalir.

“Jangan menangis lagi Tan. Karena aku sudah tidak berhak menghapus air matamu,” kata Brian lirih saat kembali kehadapan Intan.

Perkataan Brian itu kembali membuat Intan menunduk dan buru-buru menghapus air matanya. 

“Kamu sudah dengar voice note dariku? Seperti kata lirik lagunya, aku akan pergi.”

“Pe, pergi?” Intan menatap Brian, terkejut.

“Ya, aku akan pergi dari hidupmu. Paling tidak sampai kita berdua bisa menghapuskan cinta ini dari hati kita.”

“Pe, pergi kemana?”

“Aku menerima tawaran untuk melanjutkan S2 ke Jerman. Tawarannya sudah lama, tapi aku baru menerimanya sebulan yang lalu. Mungkin aku pengecut karena lari darimu, tapi kurasa ini jalan terbaik untuk kita berdua.”

“Ka, kapan kau akan pergi?”

“Sekarang.”

“Apa?! Sekarang?”

“Iya. Programnya akan dimulai dua minggu lagi jadi aku harus buru-buru pergi. Selama sebulan ini aku sibuk mengurus kepindahanku, maaf kalau aku tak sempat menghubungimu. Tadinya aku juga tidak akan datang kesini. Tapi aku pasti akan jadi orang paling jahat di dunia kalau pergi dalam keadaan seperti ini.”

“Ah, sudah waktunya aku pergi.” Kata Brian sambil melirik jam di pergelangan tangannya. “Selamat atas pertunanganmu, semoga kamu bahagia Tan.”

Baru saja Brian berbalik dan melangkah Intan langsung menahannya. Digenggamnya lengan pemuda itu dan berkata, “Intan sayang kamu.”

Brian kembali berbalik. Ditatapnya gadis manis yang tengah menatapnya sambil tersenyum itu. Senyum sarat kesedihan.

“Terima kasih untuk dua tahun ini ya kamu. Intan benar-benar bersyukur bisa mencintai kamu. kamu sudah mengajari Intan tentang arti cinta…” Intan terdiam sebentar, “dan arti perbedaan.”

“Aku juga tidak pernah menyesal sudah mencintaimu.” Kata Brian sambil mengelus pipi Intan lembut. “Tapi sekarang aku harus pergi. Dari hidupmu, dan dari hatimu.”

Intan menatap Brian yang melangkah memasuki mobilnya. Air matanya kembali mengalir saat melihat mobil itu melesat pergi, pergi membawa cintanya. 


*****************************************************************************
THE END


Mohon maaf apabila terdapat kesamaan nama, tempat dan lain-lain karena cerita ini bersifat fiktif belaka...


Memahami arti sebuah perbedaan...


Minggu, 23 November 2014

Have Fun !!! Guys

Terpanggil hati ini untuk menulis lagi, menulis itu menyenangkan. Ok, cerpen in progress. But, Apa yang aku tulis kali ini ? Yah tulisan absurd hehehe

Selamat membaca...

Sebelumnya aku tidak menyangka, semuanya akan berjalan sejauh ini. Tepatnya satu tahun yang lalu aku mengenalnya dalam sebuah acara HIMA yaitu SHP. Seminar Hasil Penelitian. Aku juga ga ngerti kenapa bisa connected sama dia. Dia bisa di ajak sharing, yah walaupun kebanyakan bercanda... Mungkin kita berbeda tapi semunya tidak akan menghalangi kita untuk bersama.
Dalam proses perkenalan sama dia memerlukan proses yang panjang namun berjalan dengan lancar seperti air yang mengalir :)
Apa yaaa ?
Setelah setahun kenal sama Dia. Namun, tepat tanggal 22 September 2014 pukul 18.47 aku berangkat bareng sama Dia ke Acara iCreed ya... salah satu acara Teknik Informatika.
Proses keberangkatan, aku sama Wulan nunggu tepat di depan rumah ka Weda. Udah hampir 10 menitan lebih tapi ka Irham sama Dia belum juga dateng jemput kita. Terereeetttt... akhirnya ka irham dateng juga. Tapi dia belum dateng juga... Selang beberapa menit setelah aku kirim message ke dia. Dia dateng dengan costum sederhana yang membuatku terkesan tertarik sama Dia. Aku senang melihat dia apa adanya. Kemudian ka Irham sama Wulan udah otw duluan. Aku sama Dia nyusul di belakang. Pas di Lampu merah kami kehilangan jejak mereka. "Tan, kamu tau tempatnya kan ?" tanya Dia. "mmmm... ya ka tau kok. Moga aja masih inget" Jawabku dengan wajah setengah panik. Aku langsung mengirim message ke wulan. Tapi ga di bales sama sekali. Mungkin HPnya di silent. Untungnya kami bisa sampai di lokasi...
Sesampainya di lokasi, udah ada wulan dan angkatan IF 12 yang lainnya. Pas kedatangan kami mereka langsung nyambut dengan panduan suara yang bunyinya tetenet tenet tenet tenet tenet tenet... haha lucu kocak dan bingung mau ngomong apa. Aku sama Dia cuma bisa ketawa karena ulah mereka semua.
Ok, Sesampainya di sana kita ngantri untuk foto. Nah, antara mau sama ga mau. Aku terpaksa harus foto sama Dia :D di wall foto. Lalu foto kedua kami berempat aku, Dia, Wulan sama Ka Irham. Kocak bukan ? haha. Setelah masuk kami duduk terpisah. Kemudian menyaksikan acara iCreed. Aku sama wulan. Dia sama Ka Irham.
Salah satu susunan acara yang bikin kaget dan malu, yaitu acara menampilkan slide show foto. Ketika foto aku sama Dia di tampilin juga, berasa di tampar bolak balik ini pipi. Sorakan kata "CIE" membahana dalam ruangan itu. Sumpah, Aku maluuuu :(. *tettttt Biarkan berlalu, bodo amat. Selain itu, waktu penampilan 2011 aku sial banget. Ketika kaka angkatan nyanyiin lagu "kita milik sheila on 7" dan kebetulan aku lagi ngobrol sama Dia. kaka Angkatan 2012 jadi rame gitu, nyanyi-nyanyi depan kita. Serasa aku ngobrol di kasih backsound. Malah sengaja pake dorong2 segala. Udah gitu aku mutusin untuk kembali duduk deket wulan. Untuk apa yang kita obrolin sensor aja yaaaa :D
Kepoooo :D
Akhirnya acara selese juga. Aku pun sama Dia pulang. Pas diparkiran tiba-tiba ka Ryan ngejar-ngejar kita. "Foto dulu, foto dulu" kata ka Ryan sambil megang zenfonenya. Tapi kami malah memalingkan muka sangking ga maunya di foto. Kemudian kami pulang, dan teteneeeeeeeeettttttttt sampe juga di kosan.

Kapan2 di sambung sama cerita flashback kitaaa ok :)

"Makanya Allah nyiptain CINTA biar yang beda-beda jadi satu"- c i n (T) a

God is a Director

Sabtu, 15 November 2014

Haiii, sobat... November sudah hampir berakhir. Dan... terakhir ku menulis di blog ini sekitar bulan Maret. Entahlah aku sibuk sendiri sehingga melupakan hobi ku yang satu ini yaitu "Menulis". Akhirnya aku bisa kembali lagi menulis di tengah kesibukkan ku saat ini, yaaa kesibukan tak seberapa sebenarnya atau lebih tepatnya sok SIBUK di tengah project yang segudang. Dan itu tugas tugas tugas. Laporan Laporan Laporan Oh My God.

Oh iyaaa, sekarang aku mahasiswa semester 3. Sejauh ini target2 semester 3 udah tercapai, walaupun belum semuanya but... Alhamdulillah :) Semoga tetap Amanah, bertanggung jawab serta bisa bermanfaat untuk orang lain.

Aku bingung mau nulis apa, stok cerpen sudah abis, stok tutorial udah ada tinggal upload.
Tapi untuk postingan kali ini spesial aku ingin bercerita yaahhh sesuai tema postingan kali ini SETUMPUK CERITA TERCIPTA DARI BERBAGAI PERISTIWA.

Ok sob,

Semester 3
Seperti biasa namun untuk semester ini berjalan luar biasa. Aku bisa kenal dengan orang-orang yang jago coding dan mengambil pelajaran dari mereka semua. Mereka semua keren-keren.  Oooo... terutama kaka angkatan yang baik dan selalu ada disaat aku butuh. Entahlah aku merasa nyaman sama mereka. Berasa keluarga sendiri. Thanks yaa ka...
Selain kaka angkatan ada juga teman seangkatan yang bisa ngertiin sepenuhnya thanks ya :*
Apalagi yaaa...
Oh yaa semester ini aku jadi Asisten Praktikum salah satu mata kuliah yaitu "Algoritma dan Pemrograman". Sarana ini bisa aku jadikan sebagai latihan public speaking :)
Banyak sih yang harus di ceritain, tapi untuk masalah karier sekian dulu yaaa. Nanti di tuangin ke cerpen aja.

Asmara gue...
upsss haha
Ya gitulah :)
Penuh warna, banyak fans gede juga resikonya. Dan aku ga ngerti apa yang menarik dari diriku sampe mereka segitunya.
Padahal ini udah semester 3, tapi fans yang satu ini tetep aja fanatik pokonya anak prodi sebelah dan seangkatan juga. Entahlah yang jelas aku takuttt bangettt. Inisial ? ga perlu lahhh ya...
Ok, pas hari ulang tahun aku.Tepatnya, 15 sept kemarin. Ada seseorang yang jailin :3 Sebel kan ?. Ceritanya tuh tepat pukul 00.00 ada 1 pesan masuk tuh. Isinya ucapan selamat ultah dsb. Dan aku ga tau itu no hp siapa. Yah berlalu ampe besoknya aku tahu jawabannya. Dan ternyata dia pria yang aku taksir sejak bulan november tahun lalu. Yaaa pas jaman maba hehehehe. Padahal seharian aku udah murung dan bertanya-tanya "Kenapa Dia ga Inget Ultah Aku ?" puk puk. jreng jreng padahal dia yang ngucapin pertama. :) Yah gitu lah kawan kalo udah sayang sulit move on. Kita sama-sama mau fokus kuliah. Yupsss Semangat yaa ka the Vice President of EEC.
Oh yaaa makasih juga buat temen2 aku Della, Zapi, Ida, Haniva, Nindya, Erna dan Wulan yang udah ngasih surprise.
Yahhh ketauan nih udah tua hehe
Tapi masih unyu2 wkwkwk
Oke, Percintaan aku ga ada habisnya :3 dan membuatku muak...
Dan kenapa ada satu kisah yang udah aku tutup rapat2 malah ke bongkar ? Yahhh itu yang beda agama haha. Padahal aku cuma anggap kaka itu temen, yaaa kaya kaka sendiri. Tapi malah pada di bully :3. Awal kenal, yaa pas SHP taun kemarin. SHP -> Seminar Hasil Penelitian...
sapaan dan teguran serta belajar sama dia berbasis teks. Kita baru deket banget pas sama2 jadi Asisten. Yang jelas aku ga mungkin deket sama dia. Kita Beda yaaa Beda,. Yahhh udah setaun lebih juga kenal sama dia. Tapi yaa biasa aja :)
Jodoh siapa yang tauuu... yang penting Fokus Kuliah Duluuuu...
Eh sempet ada kejadian lucu juga soal perasaan gue....

Sekian dulu yaaa sob :)
Semoga sempet nulis lagiiii...
SALAM SUKSES

Rabu, 26 Maret 2014

Pengertian Encoder dan Decoder

Pengertian Encoder dan Decoder ?

Pembaca, sudah lumayan lama saya tidak menulis. Sangking padetnya jadwal kuliah dan tugas kuliah yang datang bertubi-tubi, bagaikan hujan salju yang apabila terus di tumpuk akan membentuk sebuah gunung es yang membeku. Pembaca, pada kesempatan kali ini saya akan menulis sebuah materi yang mungkin bisa menambah pengetahuan kita semua. Sehubungan pada hari ini, saya telah belajar materi komunikasi data saya akan mencoba sedikit berbagi pengertian.

Mungkin pembaca pernah mendengar atau membaca istilah ENCODER dan DECODER.
Apa itu ?

Saya sempat kebingungan ketika mendengar istilah ini. karena saya baru tingkat 2 sedangkan ini merupakan mata kuliah yang harusnya di ambil di tingkat 4.

Encoder  adalah sebuah rangkaian yang menerjemahkan keaktifan salah satu inputnya menjadi urutan bit-bit biner, Encoder terdiri dari beberapa input line, hanya salah satu dari  input -input tersebut diaktifkan pada waktu tertentu,yang selanjutnya akan menghasilkan kode output N-bit, atau lebih simpelnya Encoder dapat diartikan membuat kode atau sandi.


Decoder adalah adalah rangkaian logika yang menerima input-input biner danmengaktifkan salah satu output-nya sesuai dengan biner input-nya, nahh lebih simole dapat disebut memecahkan kode atau sandi.

Semoga bermanfaat.:)

Senin, 03 Maret 2014

3 HARI “AWALKU MENGENALMU”



Biar kusimpan rasaku ini
Walau entah sampai kapan nanti
Biar kunikmati rasa ini
Tak perlu engkau tahu bahwa aku suka padamu
                Sinar mentari pagi ini, membawa semangat baru. Perasaan cinta mengalahkan keramaian di planet ini. Awan pun bersorak memberikan semangat seakan menuntun langkah ini untuk terus berjalan menuju suatu keindahan.
Pagi itu seorang gadis yang bernama mira begitu semangat menjalani harinya. Hari itu merupakan hari terakhir ia menjalani aktivitasnya menjadi seorang Liaison Officer (LO) di acara kompetisi debate antar fakultas. Tiba saatnya ia harus mendampingi para debaters. Debaters yang harus ia support dan motivasi. Semangat seorang mira begitu membara, mungkin api pun bisa kalah dengannya. Tak ada pikiran lain yang menghalangi gadis ini, yang ia pikirkan hanyalah memenuhi jadwalnya yang kosong dengan aktivitas yang bermanfaat.
Gelapnya sang malam memberikan sensasi ketentraman karena bertabur bintang. Malam ini merupakan puncak perlombaan debate(final). Mira sangat menikmati malam ini, walaupun para debaters yang ia dampingi tidak masuk final. Mira pun duduk di barisan kedua bersama dengan teman-temannya yang kebetulan satu prodi. “Kemana anaknya ? kok ga dibawa.”Tanya seorang pria.”mmm... anak..oh, di kosan mungkin kecapean.”jawab Mira sambil memberi senyum terpaksa. Kemudian pria itu membalas dengan senyuman. “Itu siapa namanya ?” Tanya mira kepada salah satu debatersnya yang kebetulan duduk di belakangnya.”Oh... itu ka Dimas. Kenapa ? Jatuh Hati ? Aku kasih nih no hpnya ?”Deretan pertanyaan dari debaters.”oo..oh ga ko. Cuma tanya doang.” Jawab Mira singkat. Akhirnya Mira tau kalo yang tadi itu, coach debaters yang ia dampingi dan kebetulan ia juga ketua pelaksana. Padahal hari-hari sebelumnya Mira bercanda sama Dimas namun baru di malam terakhir ini, ia tahu namanya. Kompetisi pun berlalu, mira pun beranjak dari kursi. “mau kemana ?” Tanya Dimas. “Mau pulang ka. Duluan ya.”Mira pun pamit. “Hati-hati ya”Dimas mengingatkan.
Hari demi hari berlalu, entah kenapa Mira begitu penasaran kepada seorang Dimas. Apa mungkin jatuh hati dalam waktu 3 hari itu berlaku di hatinya ?. entahlah ia belum bisa percaya dengan semua perasaan ini. Tapi mungkin itu semua bisa terjadi, karena dalam waktu 3 detik pun cinta itu bisa hadir. Mira belum bisa mengartikan ini semua. Setiap waktunya kosong ia selalu teringat dengan Dimas, sosok pria yang baru ia kenal selama 3 hari. Mungkin sekitar seminggu ia tidak bertemu dengan Dimas. Dimas pun sulit ditemukan padahal mereka satu langit, satu atap, namun beda tujuan.
Genap seminggu ia tidak menemukan sosok Dimas. Mira merenung di perpus sambil memilih buku yang akan ia jadikan referensi. Ketika ia memegang salah satu bukudi rak, tiba-tiba ada tangan yang ikut memegang buku itu. Kemudian perlahan mira menatap perlahan, dan ternyata itu Dimas. “hey “Sapa Dimas. “mmm... ya udah kaka duluan”Kata Mira.”Ga apa-apa nih, barang kali kamu lebih perlu”Ledek Dimas.”Bukunya Cuma 1 ka, kaka duluan aja.”sahut Mira.”mmm... ya udah. Nama kamu siapa ?”Tanya Dimas”Aku... Mira ka. Aku duluan ya ka”Mira pun pamit. Setelah keluar dari perpus, jantungnya melompat, menjerit entahlah. Segudang rindu yang ia simpan selama seminggu kini lepaslah sudah. Tanpa ia sadari, ia telah menjatuhkan buku catatannya di perpus.
Bulan sabit tersenyum menemani keceriaan gadis itu. “Kring-kring” Suara ponsel membuat Mira tersentak kaget membangunkan ia dari lamunannya. Ternyata ada satu pesan dari nomor baru yang berisi.”Assalamu’alaikum... Apa ini Mira ?” Mira tidak membalas pesan itu. Ia kira itu sms dari orang tak di kenal. Kemudian ponsel pun berdering lagi, ternyata telepon dari nomor baru.”Assalamu’alaikum... Ini Mira ?”Tanya seseorang.”Wa’alaikumsalam iya. Maaf ini siapa ?”Tanya Mira.”Ini Dimas”Jawab Pria itu. Mira pun terdiam kaget, hatinya bertanya-tanya.”Ada apa ka ?”Tanya Mira penasaran.”Ini buku catatan kamu ketinggalan di perpus. Besok bisa ketemu ga ? Sekalian kalo kamu mau pinjem buku yang kemarin juga.”Ajak Dimas.”Oh iya ka, siang aja ya. Soalnya paginya saya ada kuliah.”Jawab Mira”Ok, di kantin ya”Sahut Dimas. Kemudian ponsel pun terputus.
Panasnya terik sang mentari menyapa siang ini. Mira pun sedang menunggu Dimas. Ia mengenakan kemeja warna biru yang dibalut dengan kerudung yang seirama dengan warna pakaiannya itu. Tiba-tiba Dimas datang ke kantin dan langsung mengenali Mira. Dimas langsung menutup mata mira, dengan kedua telapak tangannya. “Ih siapa ini iseng banget” Kata Mira.”Coba tebak ?”Tanya Dimas.”ka Dimas.”Mira belum kenal lama dengan Dimas tapi perasaannya begitu dalam.
Satu semester berlalu, Mira dan Dimas hanya berstatus teman. Padahal mereka begitu akrab, layaknya sepasang kekasih. Mira terus memendam perasaannya. Tanpa mengetahui perasaan Dimas seperti apa. Mira sangat percaya dengan sebuah pepatah “Semua akan indah pada waktunya”.
Tanpa terasa waktu telah berlalu, kini tiba saatnya Dimas untuk wisuda. Ia telah berhasil menyelesaikan pendidikannya. Mira pun berhasil, berhasil menyimpan perasaannya dengan rapi, tanpa ada seseorang yang memasuki hatinya selain Dimas. Ternyata Mira telah memendam rasa selama 2,5 tahun. “Ini ka buat kaka”Mira memberikan seikat bunga untuk Dimas yang sedang wisuda seperti layaknya mahasiswa lain.”maaf ka, aku sudah lelah menyimpan semuanya. Sebelum kaka pergi, aku cuma mau bilang Aku Sayang kaka, Aku sangat mencintai kaka semenjak 2,5 tahun yang lalu.Aku hanya bisa memendam perasaan ini. Aku tidak tahu apakah perasaan ini layak untuk aku.”Deretan kejujuran yang amat dahsyat keluar dari mulut gadis itu. Kemudian Dimas tersenyum.”Aku bangga mendengar kejujuranmu. Aku sangat bangga”Jawab Dimas. Tanpa terasa Air mata Dimas menetes. Kemudian ada seorang wanita yang tiba-tiba memanggil nama Dimas. Namun, Dimas tidak menggubrisnya. “Kenapa kaka menangis ?Siapa Dia ka ?” Tanya Mira. “Dia pacar kaka, kurang lebih tiga hari yang lalu kami jadian. Maaf ya” Kemudian Dimas, mengusap air mata Mira. “Selamat ya ka” Kata terakhir Mira kemudian ia pun berlari meninggalkan Dimas. “Sebenarnya Aku juga mencintaimu sejak 2,5 tahun yang lalu”Kata itu keluar dari mulut Dimas.
Beberapa bulan berlalu setelah kepergian Dimas, Mira dan Dimas sudah tidak berkomunikasi lagi. Pagi yang ditemani mendung itu, Mira mendapat sebuah paket di depan pintu rumahnya. Kemudian ia berlari menuju kamar dan membuka isinya. Dan ternyata isinya sebongkah CD yang berbalut pita merah dan sebuah tulisan “Semoga kamu tau yang sebenarnya”.
Setelah dibuka ternyata sebuah video yang berisi kumpulan foto Mira bersama Dimas. Ternyata dari semenjak pertama kali Dimas bertemu dengan Mira, ia mengabadikan foto-fotonya yang tersimpan rapi seperti perasaannya kepada Dimas. Namun video itu tak dapat meluluhkan hati gadis ini.
Tak terasa Mira sudah menyelesaikan pendidikan dan Dia telah berada di sebuah kota. Kota yang tidak di duga yaitu kota Paris. Meskipun lukanya masih berbekas, tapi kini Dia telah menjadi seorang wanita yang sukses.Mira berjalan menyusuri keindahan kota. Tiba-tiba handphone jatuh, kemudian ketika Dia berusaha untuk mengambilnya ada seorang pria yang mencoba untuk membantu. Namun sayangnya tangan Mira lebih dulu, tanpa disengaja tangan pria itu memegang tangan Mira. Perlahan tapi pasti Mira menaruh pandangan kepada Pria itu. “Mira”Sahut pria itu. Ternyata pria itu adalah Dimas. Dimas langsung memeluk Mira. Kemudian Mira pun menangis. “Aku boleh tanya sesuatu ?”Tanya Dimas.”tentu”jawab Dimas.”Apa kaka sudah menikah ?”Tanya Mira. “mmm...”wajah Dimas sangat serius matanya pun tak berkedip.”sebagai coach yang baik dan tampan. Kaka menunggu Liaison officer beberapa tahun yang lalu untuk kaka nikahi. Dia adalah gadis yang telah menyiapkan tempat diatinya dengan rapi”Jawab Dimas sambil tersenyum. Senyum Mira bercampur tangis bahagia. Apapun rintangan yang dihadapi, pasti semuanya dapat dilalui. Dan yakinlah bahwa semua akan pindah pada waktunya.

THE END
  • Unordered List

  • More Text